Minggu, 29 Mei 2016

Mencari berkah dari sampah

"Upah segitu ya enggak cukup, kita harus pintar-pintar buat cari tambahan," ujar Muhammad Rujito, 40 tahun, salah satu
petugas Oranye bertugas di Sungai Ciliwung titik Menteng, Jakarta Pusat saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis pekan lalu.
Rujito sudah dua tahun ini menjadi Petugas
Harian Lepas (PHL) Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Rujito berbagi cerita mengenai pengalaman hidupnya mencari rezeki dengan membersihkan sampah. Meski upahnya
terbilang minim, namun Rujito tetap bersyukur bisa bermanfaat bagi orang lain. Sambil mengambil sampah dengan membersihkan sungai, Rujito berbagi cerita sedikit
pengalamannya. Saban hari Rujito harus bergelut dengan sampah dan
kemacetan jalan Jakarta. Kebetulan kediamannya terletak di daerah Kota Depok, Jawa Barat. Setiap hari dia harus menempuh waktu satu jam lebih menggunakan sepeda motor untuk menuju tempatnya bekerja. Rujito kebetulan ditugaskan untuk membersihkan aliran kali Ciliwung sepanjang Jalan
Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat.
Pukul enam pagi dia sudah sampai dan langsung memegang pekerjaannya. Sebuah rakit dan jaring menjadi sahabat akrabnya dalam bekerja. Meski awalnya dia merasa jijik
melakoni pekerjaan membersihkan sungai, namun kini dia justru menikmati. Bagi Rujito, dari pekerjaan ini juga dia bisa
menghidupi istri dan tiga orang anaknya.
"Geli awalnya, ketemu bangkai tikus sama kotoran manusia," ujar Rujito.
Pagi datang menjelang hingga sore menyambut, Rujito tak pernah sekali pun lengah menatap aliran sungai. Sesekali, dia
melontarkan jaring mirip jala untuk menangkap ikan itu ke dalam aliran sungai. Buat menambah pemasukannya, Rujito
pun rela menyambi pekerjaan lain. Selepas membersihkan aliran sungai dari sampah, dia mangkal buat ngojek.
"Jadi saya habis jadi petugas oranye punya sambilan jadi tukang ojek, mulai dari jam 7 malam sampai jam 12 malam,
bukan ojek online loh hehehehe.. Kalau ojek online saya bisa dipecat," kata Rujito sambil terkekeh-kekeh.
Rujito, memang tak pernah bermimpi jika harus menjadi pembersih sampah. Dulu sebelum melakukan pekerjaan saat
ini, Rujito merupakan buruh pabrik sepatu di kawasan Tangerang. Namun nasib memang tak berpihak kepada ayah tiga orang anak ini. Karirnya sebagai seorang buruh harus
kandas. Sebagai kepala rumah tangga, dia pun buru-buru banting stir. Mendengar ada lowongan untuk menjadi petugas
pembersih kali, dia pun langsung mendaftar "Saya niat saja buat kerja bersihkan kali, walau pun tempat kerja agak jauh
tetapi ya jalani saja," tutur Rujito.
Meski tak memiliki pengalaman untuk membersihkan sungai,
Rujito pun nekat. Terpenting baginya, dapur keluarganya terus ngebul. Di balik pekerjaannya saat ini, Rujito pun selalu
mensyukuri meski upah diberikan pun terbilang pas-pasan.
"Ya sukurin saja, kan ada pekerjaan sampingan ngojek kalau fit ya kita ngojek," kata Rujito dengan nada pelan.
Jika Rujito harus berjibaku dengan sampah buat menghidupi keluarganya, Trisna Apriatna pun melakukan hal sama. Lelaki
berusia 27 tahun juga teman satu tim Rujito ini pun melakukan pekerjaan sambilan lain setelah bekerjamembersihkan sampah di aliran sungai Ciliwung. Buat
membeli susu anaknya, Trisna pun rela hingga harus bekerja lagi dengan membantu sebuah bengkel sepeda motor. "Ya
sama kaya Pak Rujito, ada kerja serabutan kerja di bengkel kalau enggak ada ya beli susu anak saya dari mana," kata
Trisna. Keduanya pun mengaku menikmati pekerjaan membersihkan
sampah di bantaran kali. Pekerjaan mereka lakukan pun kini menuai banyak pujian. Warga kini menyebutnya 'Pasukan Oranye', karena pakaiannya memang mirip seperti kulit jeruk.
"Awalnya niatnya ibadah, Insya Allah aman," kata Trisna.
(mdk/arb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar